Lama sekali tak menulis, di kertas sebenarnya iya, sebaris dua baris, sehalaman paling mentok, tak seperti waktu-waktu dulu, sehalaman itu sedikit, minim, kecil, tetapi sebulan ini, mm.. salah!!, dua bulan, salah juga, beberapa bulan, iya ini baru benar, beberapa bulan ini ya seperti itu tadi, sebaris dua baris, sehalaman paling mentok. Sebenarnya banyak yang terpikir oleh otak, banyak yang terenung oleh hati, banyak yang terlihat oleh mata, banyak juga yang terdengar oleh telinga, tetapi tangan tak mau menulis. Mau, tapi sedikit. (plin-plan). (atau bingung??). Sedikit itu pun kadang dicoret, diterbangkan, dikusutkan, dicaci, seakan lupa apa bahan dasar pembuatan kertas. mencoba mencari tahu, mencoba menengok ke dalam. dalam.. , dalam sekali. Aku kenapa??. Tangan tak mau menulis banyak, padahal banyak yang ingin ditulis?. Mencoba berpikir ringan. Tangan sedang malas. Namun ternyata pemikiranku masih seperti kemarin, masih seperti kemarinya lagi, masih seperti dulu, "rumit", (menurutku). Pasti timbul pertanyaan dari jawaban yang kuusahakan sendiri. Apa itu malas?. Malas itu rasanya berat. Aku tanya artinya, tetapi malah menjawab rasanya. Apa arti dengan rasa bisa menjadi hal yang sama?. Aku ingat-ingat saat ada yang bertanya apa kabar, lalu aku menjawab baik, baik itu apa yang kurasa, maka aku membenarkan bahwa kadang rasa bisa menjadi arti. Jadi pengertian malas bisa berarti berat. Lalu berlanjut ke pertanyaan yang selanjutnya, bagaimana tanganku bisa malas?. Tangan bergerak membutuhkan tenaga, tenaga kudapat dari makanan, apa aku kurang makan sampai-sampai tangan malas menulis?. Sepertinya iya, karena aku jarang makan, tapi setidaknya dalam sehari walau hanya sekali pasti aku makan, kecuali aku puasa, tetapi tenaga yang kubutuhkan untuk menulis tak sebanyak tenaga yang kubutuhkan untuk mengejar bis jemputan berangkat dan pulang kuliahku, jadi sebenarnya tak ada masalah dengan tenaga. (kurang nyambung dan tidak teoritis). Lalu apa?. Tangan yang aku pakai untuk menulis adalah tangan kananku, tubuh bagian kanan konon digerakkan otak kiri, lalu apa yang terjadi pada otak kiriku?. Mentok, pemikiraku adalah kurang ilmiah. Jadi aku tidak mengerti jawabanya. Apa aku harus ke dokter untuk mencari jawabnya?. Ya kalau bisa menjawab, kalau enggak aku akan melewatkan jatah makanku untuk mungkin 5 hari ke depan untuk membayar biaya pengobatan. 5 hari??. Lumayan lama kalau aku nggak punya sahabat atau teman.
Kalimat sebelum ini berbelok jauh dari jalan yang aku ambil di awal. sering seperti ini. Haruskah aku tertawa?. Sepertinya iya. Hahaha. Apanya yang lucu sih?. Sudahlah.
hmh..
Kubaca tulisan ini dari awal, belum kutemukan jawabannya. Aku kenapa?
Mengambang, tapi aku sedikit tertawa. Lumayan.